Memahami Diri Dalam Bentuk Sendiri.

F
2 min readJul 19, 2020

--

Di suatu sore di bulan Juli, saya tiba tiba memikirkan tentang kesendirian yang telah saya jalani selama berbulan bulan lamanya. Bukan saya tidak punya teman, hanya saja saya menarik diri dari segala bentuk interaksi sosial. Saya sedang belajar menerima diri sendiri dan menyembuhkan diri dari masa masa sulit yang selama ini membebani saya. Trauma yang saya alami, mental yang tidak stabil, sampai berniat mengakhiri hidup sendiri dan hingga kini saya bisa bangkit dan membina diri sendiri untuk menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, semua saya coba untuk syukuri. Saya banyak belajar dari kesalahan saya di masa lalu. Benar adanya bahwa manusia itu selalu berproses. Tidak mungkin selalu menjadi orang yang sama ; dalam seminggu saja kita bisa berproses menjadi manusia dengan sifat baru. Pelan tapi pasti, semua manusia berubah. Yang tidak berubah hanyalah memori yang ada di dalam kepala.

Selama berbulan bulan di dalam kesendirian, saya belajar untuk lebih mencintai diri saya dan Tuhan saya lebih dari sebelumnya. Bertepatan pula dengan pandemi yang terjadi, saya jadi punya banyak ruang untuk menjalankan ‘aksi’ kesendirian saya ini. Selama menarik diri dari peredaran bumi, saya sadari bahwa mencintai diri sendiri itu bukan perkara mudah, apalagi jika sudah terjebak dalam lingkaran kegelapan yang membuat saya merasa diri saya tidak berharga dan tidak pantas untuk siapapun. Saya sendiri sering merasa minder bahkan dalam hal pertemanan sekalipun.

Semua hal terjadi dalam putaran satu tahun ; jatuh-bangun, kehilangan banyak hal, hingga akhirnya memutuskan bahwa kesendirian adalah hal terbaik yang bisa saya lakukan untuk menyelamatkan diri saya. Menarik diri dari sosial merupakan sebuah coping mechanism saya. Bukan pilihan mudah karena hidup saya seperti berputar 360 derajat. Melihat diri saya di dua-tiga tahun lalu, saya hidup dengan cukup bahagia. Punya banyak mimpi dan rencana, sungguh berbeda dengan saya yang setahun terakhir.

Menghadapi trauma dan ketakutan sendiri masih menjadi hal paling berat untuk saya. Hingga kini pun saya tidak yakin dengan diri saya apabila nanti harus berhadapan dengan trauma dan ketakutan saya. Yang dapat saya lakukan adalah mempersiapkan diri. Berbicara tentang trauma, trauma yang saya alami cukup berat. Trauma saya lebih dari satu atau dua. Saya perlu berkonsultasi dengan profesional guna menyembuhkan diri. Trauma saya sampai di titik dimana saya tidak ingin lagi berhubungan dengan apapun yang memicu trauma tersebut. Sekedar mengetik huruf atau nama yang berhubungan dengan trauma saya pun saya tidak mampu. Syukurnya, sekarang saya sudah lebih baik dari sebelumnya. Menulis disini merupakan salah satu hal kecil yang saya apresiasi sebagai bentuk peningkatan pemulihan diri.

Untuk siapapun diluar sana yang masih berjuang menyembuhkan diri dari trauma dan ketakutan atau apapun yang menyulitkan, saya harap tulisan tidak penting saya ini mampu sedikit menghibur. Agar setidaknya mampu memberi celah cahaya bahwa kita semua dapat sembuh, dapat keluar dari apapun yang menyulitkan. Everything takes time to heal.

Sekian tulisan gak penting ini, sampai jumpa di tulisan lainnya.

Love, F.

--

--

F
F

Written by F

0 Followers

A dreamer. 24/7 thinking nonsense but loves to write.

No responses yet